: Ismanto
selamat pagi kopi. cangkir yang berisi perkenalan dan bebulan separuh jalan.
dirimu tengah meneguk tegukan setengah, menengadah,
menikmati kopi yang tidak lebih pahit dari hidup yang sedang kita perbincangkan.
“aku mencintai kopi, lebih dari puisi,” sergahmu kepada sebatang kretek
yang mengepulngepulkan embun dan beberapa sajak separuh rupa
kamu lalu tertawa, mengeluarkan beberapa sisa mimpi yang belum tuntas dicerna oleh perut kamu yang hampir buncit berisi baitbait tentang ibu dan kekasihmu.
sarapan kita hanyalah lanjutan percakapan, sepiring mau, secangkir ingin.
“tapi ini sudah lebih dari cukup,” senyummu, “asali woluwo kopi.”
beberapa bulan nanti, aku kaget, melihat dirimu sudah memiliki kastil kecil
dari serpih kopi, remah mimpi. inikah puisi yag kamu buat dulu? sebegini bentuk?
ah, selamat pagi kopi. aku, tibatiba, mencintai kopi, sambil menyeruput puisi.
Makassar, 191111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar