: atika
pada mulanya kue ini utuh, bulat penuh
lalu setiap tahun sepengal demi sepenggal, usia memotongnya
lilinnya dulu cuma butuh satu dua tiga biji
tapi ibu sudah beli dari warung sebelah: dua puluh satu biji
alangkah terang kue ini sekarang, nak!
dulu sekali, kue ini masih penuh coklat dan gulagula
ada juga krim serupa bunga di atasnya
oh, imut nian perangai kue itu
seperti sebuah taman bunga yang disirami hujan coklat.
kemarin kue itu sudah penuh comotan,
kamu tahu kan, soal kue, anak kecil dan orang dewasa
menjadi tak punya beda.
mungkin kue adalah satusatunya hal yang membuat manusia terus muda.
tenang saja.
sekarang dia lebih mirip semak semerbak
di musim kemarau yang dulu teratur datang.
ibu sudah menaburnya dengan keju, coklat putih, dan
beberapa bahan makanan yang aku lupa namanya.
memandangi kue ini aku seperti melihat diriku dalam kaca
yang mengikatkan tali sepatumu, menguncir rambutmu,
dan mendengarmu mengucap salam dengan ucapan yang belum sempurna.
ah, nak, cepatlah pulang dari sekolah.
bilang sama muridmuridmu kalau ada hari yang lebih penting
dari upacara hari senin.
cepat potong sisa kue ini! tiup dua puluh satu biji lilin!
lalu kita merayakan hari dimana ibu hampir mati.
Selamat ulang tahun, anakku...
Makassar, 061010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar